The Power of
Niat
Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa
kita sebagai manusia dan makhluq hidup yang bersifat sosial pasti melakukan
yang namanya sebuah tindakan atau kegiatan terhadap sesuatu yang ingin kita
capai dan yang menjadi tujuan. Segala bentuk interaksi proaktif terhadap sesama
selalu kita implementasikan dalam kehidupan sehari-hari. Hal demikian menjadi
sebuah indikasi bahwa manusia memiliki sebuah kebutuhan hidup. jika manusia
memiliki sebuah kebutuhan hidup maka merealisasikan kebutuhan itu dengan sebuah
tindakan atau kegiatan dan tidaklah cukup dengan seorang saja, pasti
membutuhkan pertolongan dari berbagai individu. Contohnya, sebut saja namanya
andi, ia ingin makanan yang lezat. Ada beberapa kemungkinan andi mewujudkan
makanan itu, salah satunya dengan cara bikin sendiri. Walaupun bikin makanan
sendiri, tentu juga membutuhkan orang lain untuk mewujudkan makanan lezat
tersebut. ia butuh kepada orang yang menjual bahan-bahan makanan.
Misalkan makanan lezat yang
diinginkan andi adalah nasi goreng. Bayangkan jika andi harus menanam padi
dahulu, memupuknya, memberi obat, menyiram, menggembur sawah sendiri lalu
memanen sendiri, dijemur kemudian diselep, terakhir baru bisa dikonsumsi
atau dimasak dan diproses menjadi nasi goreng. Ditambah andi juga harus menanam
sayur-sayuran dan rempah-rempah sebagai bumbu nasi goreng. Agar semakin lezat
biasanya ditambah dengan sayatan-sayatan atau sisitan-sisitan kecil daging ayam
yang sudah matang. Jadi tugas andi bertambah satu lagi, dia harus memelihara
ayam, memberinya makan, minum, tempat yang higienis, asupan-asupan konsentrat
biar lebih cepat besar yang nantinya baru bisa dikonsumsi andi sebagai bahan
pelengkap nasi goreng agar lebih mantap dan nikmat.
Jika hal tersebut benar-benar
terjadi, maka betapa sibuknya manusia. Mungkin tidak ada seorangpun yang mau
menjadi seorang presiden, mentri, polisi, tentara, dan lain sebagainya, karena
makan saja susah apalagi mau jadi presiden yang harus kesana kemari mencari
dukungan rakyat, partai politik dan mahar uang yang sangat besar jumlahnya.
Jabatan mentri yang harus menempuh study dengan kurun waktu yang lama. Polisi
dan tentara yang harus siap menempuh kegiatan-kegiatan fisik yang berat, jika
tidak jadi maka harus mengeluarkan sejumlah pundi-pundi uang yang sangat besar
juga.
Deskripsi diatas menjadi salah satu
bukti bahwa manusia membutuhkan yang namanya manusia lainnya dengan
mengimplementasikan beberapa tindakan-tindakan dan kegiatan. Atau sering kita
dengar dengan istilah makhluk sosial. Ketika manusia ingin mencapai tujuan dan
keinginannya maka manusia pasti melakukan sebuah kegitan atau tindakan-tindakan
proaktif terhadap sesamanya atau sesuatu yang lain yang bisa membantu untuk
menggapai hal tersebut. misal ketika seseorang ingin meraih gelar profesor,
jabatan yang tinggi, dokter spesialis, dan sebagainya, dia harus berusaha yang
keras dengan disertai bukti-bukti tindakan yang real. Dan tentu tidak akan
secara bimsalabim abrakadabra. Nah, berawal dari sebuah banyaknya
kegiatan, usaha dan tindakan-tindakan manusia yang semakin ulet, keras, lagi
pantang menyerah akan tetapi banyak pula yang tidak menuaikan hasil yang
memuaskan dan usahanya hanyalah sia-sia belaka. Maka perlu yang namanya
pemantapan niat atau pematangan niat. Besar kemungkinan hal tersebut terjadi
karena adanya kecelakaan niat atau ketimpangan niat.
Niat salah satu hal yang sangat
urgen dalam kehidupan manusia, terutama ketika hendak melakukan beberapa
kegiatan. Tentunya agar kegiatan-kegiatan yang dilakukan tidak menjadi sebuah
kesia-siaan belaka dan bisa memperoleh hasil yang maksimal lagi memuaskan. Tak heran
jika ada maqosid yang berbunyi bahwa aluaru bimaqasidiha(semua
pearbuatan tergantung pada niatnya). Dan juga sebagaimana sabda nabi bahwa innamal
a’malu binniyah. Oleh karena itu maka jika hendak melakukan segala sesuatu
harus berniat yang mantap, dan harus menjadikannya sebuah prisip.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar