Sabtu, 13 Mei 2017

MAKALAH : Perbedaan Ayat Makkiyah dan Madaniyah

BAB I PENDAHULUAN
a.      Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an adalah kitab suci yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai pedoman untuk umat Islam. Kitab yang mencakup hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan di Dunia maupun diakhirat yang dirangkum dalam Al-Qur’an. Banyak sejarah yang mengungkap bagaimana turunnya Al-Qur’an dan bagaimana cara Nabi Muhammad SAW menyampaikan kepada umatnya. Banyak lika-liku yang dihadapi Nabi Muhammad SAW dalam menyampaikan ajaran agama islam dengan Al- Qur’an sebagai pedomannya. Begitu pentingnya Al-Qur’an sehingga umat islam wajib memahami, mempelajari, dan mengamalkan Al-Qur’an. Dalam mempelajari Al- Qur’an banyak aspek  yang dibahas mengenahi Al-Qur’an, salah satunya adalah ilmu Ulumul Qur’an. Ulumul Qur’an adalah cabang ilmu Al-Qur’an yang membahas tentang asal-usul Al-Qur’an baik asal-usul turunnya maupun isi yang terkandung didalamnya. Sehingga menjadi penting untuk mempelajari ilmu tersebut. Agar dalam memahami Al-Qur’an menjadi lebih mudah dan dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam makalah yang saya buat berisi pembahasan tentang  pengertian ilmu, pengertian al-Qur’an, pengertian ulumul qur’an, sejarah pertumbuhan ulumul qur’an, pentingnya mempelajari ulumul qur’an, bukti ilmiah kebenaran al-Qur’an .
b.      Rumusan masalah
1.      Pengertian ilmu.
2.      Pengertian al-Qur’an.
3.      Pengertian ulumul qur’an.
4.      Sejarah pertumbuhan ulumul qur’an.
5.      Pentingnya mempelajari ulumul qur’an.
6.      Bukti ilmiah kebenaran al-Qur’an.
c.       Tujuan Pembahasan
            Makalah ini kami buat agar teman-teman mahasiswa lebih mengerti atau paham dengan mudah apa itu pengertian ilmu, pengertian al-Qur’an, pengertian ulumul qur’an. Bukan hanya itu, kami juga berharap bagaimana temen-temen mahasiswa dapat mengetahui sejarah-sejarah pertumbuhan ulumul qur’an dan pentingnya mempelajari ulumul qur’an. Tentunya agar kita lebih yakin bahwa al-Qur’an adalah benar-benar kitab yang diturunkan oleh Allah SWT, maka dari itu kami juga membahas bukti-bukti ilmiah kebenaran al-Qur’an.



BAB II PEMBAHASAN

a.      Pengertian Ilmu

Kata ulum (علوم) merupakan bentuk plural dari kata tunggal ilm (علم). Kata ilm adalah bentuk masdar (kata kerja yang dibendakan). Secara etimologis berarti al-fahmu (paham), al-ma’rifah (tahu) dan al-yaqin (yakin).[1] Ketiga istilah tersebut mengandung pengertian yang berbeda dan bisa dikaji lebih mendalam buku-buku perbedaan kosakata bahasa Arab, seperti kitab al furuq al-lugawiyyah karya Abu Hilal al-Askari.
Secara terminologis, ilmu mempunyai definisi-definisi yang berbeda sesuai dengan latar belakang pendefinisi tersebut.[2] Para filosof mengartikan bahwasanya ilmu adalah konsep yang muncul dalam akal maupun keterkaitan jiwa dengan sesuatu menurut cara pengungkapannya. Para Teologis berpendapat bahwa ilmu adalah sifat yang bisa membedakan sesuatu tanpa kontradiksi. Sedangkan orang-orang bijak mengartikan ilmu sebagai gambaran sesuatu yang dihasilkan dari akal.[3]
Adapun menurut syara’, ilmu adalah mengetahui dan memahami Ayat-ayat Allah dan lafalnya berkenaan dengan hamba dan mahluk-makhluknnya. Dari situlah Imam Ghazali berpendapat bahwasanya ilmu sebagai objek yang wajib dipelajari oleh orang Islam adalah konsep tentang ibadah, akidah, tradisi dan etika Islam secara lahir dan batin.[4]
Al-Qur’an menggunakan kata ‘ilm dalam berbagai bentuk dan artinya sebanyak 854 kali. Antara lain firman Allah dalam Q.S. al-Baqarah/2: 31-32 “proses pencapaian pengetahuan dan objek pengetahuan” [6]. Pembicaraan tentang ilmu mengantarkan kita kepada pembicaraan tentang sumber-sumber ilmu disamping klasifikasi dan ragam disiplinnya.[5]
Menurut John G. Kemeny, Ilmu merupakan semua pengetahuan yang dikumpulkan dengan metode ilmiah. Dari pernyataan tersebut jelas bahwa ilmu merupakan hasil/produk dari sebuah proses yang dibuat dengan menggunakan metode ilmiah sebagai suatu prosedur. Proses yang dilakukan untuk menghasilkan suatu ilmu bukan merupakan proses pengolahan semata tetapi merupakan suatu rangkaian aktivitas ilmiah/penelitian terhadap suatu hal yang dilakukan oleh sekelompok orang yang dikenal dengan istilah ilmuan(scientist) yang bersifat rasional, kognitif dan teleologis (memiliki tujuan yang jelas).

menurut The Liang Gie Definisi Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan metode berupa aneka prosedur dan tata langkah sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala – gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan (The Liang Gie, 130). Suatu ilmu harus bersifat empiris (hasil dari panca indera/percobaan), sistematis (memeiliki keterkaitan yang teratur), objektif (bukan hasil prasangka), analitis dan verifikatif (bertujuan mencari kebenaran ilmiah). Ilmu memiliki pokok persoalan (objek) dan fokus perhatian. Sebagai contoh ilmu alam. Ilmu alam memiliki pokok persoalan terkait dengan alam dengan beberapa fokus perhatian seperti fisika, kimia, biologi, dll.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa ilmu berbeda dengan pengetahuan. Pengetahuan merupakan kumpulan fakta yang merupakan bahan dari suatu ilmu, sedangkan ilmu adalah suatu kegiatan penelitian terhadap suatu gejala ataupun kondisi pada suatu bidang dengan menggunakan berbagai prosedur, cara, alat dan metode ilmiah lainnya guna menghasilkan suatu kebenaran ilmiah yang bersifat empiris, sistematis, objektif, analisis dan verifikatif.

b.      Pengertian Al-Qur’an

Kata al-Qur'an merupakan bentuk Mashdar (kata kerja yang dibendakan), dengan mengikuti standar Fu'lan, sebagaimana lafadz Gufran, Rujhan dan Syukran. Lafadz Qur'an adalah lafadz Mahmuz, yang salah satu bagiannya berupa huruf hamzah, yaitu pada bagian akhir, karenanya disebut Mahmuz Lam, dari lafadz: Qara'a-Yaqra'[u]-Qirâ'at[an]-Qur'ân[an], dengan konotasi Tala-Yatlu-Tilawat[an]: membaca-bacaan. Kemudian lafadz tersebut mengalami konversi dalam peristilahan syariat, dari konotasi harfiah ini, sehingga dijadikan sebagai nama untuk bacaan tertentu, yang dalam istilah orang Arab disebut: Tasmiyyah al-maf'ul bi al-mas{dar, menyebut obyek dengan Masdarnya. Konotasi harfiah seperti ini dinyatakan dalam firman Allah swt. dalam Q.S. al-Qiyamah/75:16-17. Terjemahnya: Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) al-Quran karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya. Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila Kami telah selesai membacakannya maka ikutilah bacaannya itu.[6]
Sebagian ulama berpendapat bahwa kata al-Qur’an bukan lafadz Mahmuz (yang salah satu bagiannya berupa huruf hamzah) dan tidak diambil dari pecahan kata قرأ.[7] Seperti Imam Syafi’i (150-204 H), salah seorang imam mazhab yang terkenal, mengatakan bahwa kata al-Qur’an ditulis dan dibaca tanpa hamzah, serta tidak diambil dari pecahan kata manapun (ghayr musytaqq). Ia adalah nama khusus yang dipakai untuk kitab suci yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW. seperti halnya dengan nama Injil dan Taurat, yang masing-masing diberikan kepada nabi Isa dan nabi Musa.[8]
Para ahli bahasa, ulama ushul dan kalam telah mendefinisikan al-Qur'an dengan definisi yang beragam. Dalam pandangan ahli bahasa, al-Qur’an adalah nama perkataan Allah yang memiliki mu’jizat, yang diturunkan kepada nabi Muhammad saw. Ulama fikih dan usul memberikan definisi al-Qur’an yaitu kalam Allah yang diturunkan kepada Muhammad saw. membacanya dinilai sebagai ibadah, dinukilkan secara mutawatir mulai dari surah al-Fatihah sampai ke akhir surah al-Nas. Sedangkan ulama kalam memberikan pengertian al-Qur’an sebagai kalam Allah yang berdiri sendiri, bukan berupa huruf, bukan makhluk dan tidak dengan suara.[9]
Dari beberapa definisi di atas bisa disimpulkan bahwa al-Qur'an adalah kalam Allah yang berupa mukjizat, diturunkan kepada Muhammad saw. dan dinukil kepada kita secara mutawatir, serta dinilai beribadah ketika membacanya.
Batasan: kalam Allah yang berupa mukjizat telah menafikan selain kalam Allah, seperti kata-kata manusia, jin, malaikat, nabi atau rasul. Karena itu, hadits Qudsi ataupun hadits Nabawi tidak termasuk di dalamnya.
Batasan: diturunkan kepada Muhammad saw. telah mengeluarkan apa saja yang dikatakan sebagai al-Qur'an, namun tidak mutawatir, seperti bacaan-bacaan Syaz, yang tidak Mutawatir, yang telah diriwayatkan bahwa bacaan tersebut merupakan al-Qur'an, namun ternyata diriwayatkan secara Ahad, maka bacaan tersebut tidak bisa dianggap sebagai al-Qur'an.



c.       Pengertian Ulumul Qur’an

Adapun yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an dalam terminologi para ahli ilmu-ilmu al-Qur’an seperti diformulasikan Muhammad ‘Ali al-Sabuni adalah sebagai berikut:

يقصد بعلوم القرآن الأبحاث التى تتعلق بهذا الكتاب المجيد الخالد من حيث الترول، والجمع،  الترتيب والتدوين ومعرفة اسباب الترول والمكي منه والمدنى ومعرفة الناسخ والمنسوخ والمحكم والمتشابه وغير ذلك من الأبحاث الكثيرة اتى تتعلق بالقرآن العظيم او لها صلة به

“Yang dimaksud dengan Ulumul Qur’an ialah rangkaian pembahasan yang berhubungan dengan al-Qur’an yang agung lagi kekal, baik dari segi (proses) penurunan dan pengumpulan serta tertib urutan-urutan dan pembukuannya, dari sisi pengetahuan tentang asbabun nuzul, makiyyah-madaniyyah, nasikh-mansukhnya, muhkam mutasyabihnya, dan berbagai pembahasan lain yang berkenaan dengan al-Qur’an.”
Dari definisi Ulumul Qur’an di atas, dapat dipahami bahwa yang menjadi objek utama dari kajian Ulumul Qur’an adalah al-Qur’an itu sendiri.
Selain definisi di atas, masih kita dapati pula definisi yang lain, seperti Manna‘ al-Qattan dalam Mabahis fi Ulum al-Qur’an memberikan defenisi Ulumul Qur’an sebagai berikut:

العلم الذى يتناول الأبحاث المتعلقة بالقران من حيث معرفة أسباب النزول, وجمع القران وترتيبه, ومعرفة المكي والمدنى, والناسخ والمنسوخ, والمحكم والمتشابه, إلى غير ذلك مماله صلة بالقران

“Ulumul Qur'an adalah ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan al-Qur'an  dari sisi informasi tentang  Asbabun al-Nuzul (sebab-sebab turunnya al-Qur'an), kodifikasi dan tertib penulisan al-Qur'an, ayat-ayat makkiyah dan madaniyah, nasihk dan mansukh, ayat-ayat muhkam dan mutasyabih dan hal-hal lain yang berkaitan dengan al-Qur'an”.
Al-Zarqani dalam kitab Manahilul Irfan fi Ulum al-Qur’an merumuskan definisi Ulumul Qur’an, ialah:

عُلُوْمُ الْقُرْآنِ هُوَ مَبَاحِثُ تَتَعلَّقَ بِالْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ مِنْ نَاحِيَةِ نُزُوْلِهِ وَتَرْتِيْبِهِ وَجَمْعِهِ وَكَتَابَتِهِ وَقِرَاءَتِهِ وَتَفْسِيْرِهِ وَاِعْجَازِهِ وَنَاسِخِهِ وَمَنْسُوْخِهِ وَدَفْعِ الشُّبَهِ عَنْهُ وَنَحْوِ ذلِكَ

“Ulumul Qur’an ialah pembahasan-pembahasan masalah yang berhubungan dengan al-Qur’an, dari segi urutannya, urut-urutannya, pengumpulannya, penulisannya, bacaannya, mukjizatnya, nasikh-mansukhnya, dan penolakan/ bantahan terhadap hal-hal yang bias menimbulkan confused (keraguan) terhadap al-Qur’an (yang sering dilancarkan oleh orientalis dan atheis dengan maksud untuk menodai kesucian al-Qur’an) dan sebagainya.”
Dari definisi-definisi Ulumul Qur’an tersebut di atas, kita dapat megambil kesimpulan bahwa Ulumul Qur’an adalah suatu ilmu yang lengkap dan mencakup semua ilmu yang ada hubungannya dengan al-Qur’an baik berupa ilmu-ilmu agama, seperti tafsir, maupun berupa ilmu-ilmu bahasa Arab seperti ilmu I’rab al-Qur’an.
Ulumul Qur’an berbeda dengan ilmu yang merupakan cabang dari Ulumul Qur’an. Misalnya ilmu Tafsir yang menitikberatkan pembahasannya pada penafsiran ayat-ayat al-Qur’an. Ilmu Qira’at menitikberatkan pembahasannya pada cara membaca lafal-lafal al-Qur’an. Sedangkan Ulumul Qur’an membahas al-Qur’an dari segala segi yang ada relevansinya dengan al-Qur’an. Karena itu, ilmu itu diberi nama Ulumul Qur’an dengan bentuk jamak, bukan Ulumul Qur’an dengan bentuk mufrad.

d.      Sejarah Pertumbuhan Ulumul Qur'an

*) Ulumul Qur'an pada masa Nabi dan Sahabat
Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya sangat mengetahui makna-makna Al-Qur'an dan ilmu-ilmunya, sebagaimana pengetahuan para ulama sesudahnya. Hal itu disebabkan karena Rasulullah yang menerima wahyu dari sisi Allah SWT, juga mendapatkan rahmat-Nya yang berupa jaminan dari Allah bahwa kalian pasti bisa mengumpulkan wahyu itu ke dalam dada beliau.
Setiap Rasulullah selesai menerima wahyu ayat Al-Qur'an, beliau menyampaikan wahyu itu kepada para sahabatnya. Rasulullah SAW menjelaskan tafsiran-tafsiran ayat Al-Qur'an kepada mereka dengan sabda, perbuatan, dan persetujuan beliau serta dengan akhlak-akhlak dan sifat beliau. Para sahabat dahulu tidak / belum membutuhkan pembukuan Ulumul Qur'an itu adalah karena hal-hal sebagai berikut:
a) Mereka terdiri dari orang-orang Arab murni yang mempunyai beberapa keistimewaan, antara lain:
- Mempunyai daya hafalan yang kuat
- Mempunyai otak cerdas
- Mempunyai daya tangkap yang sangat tajam
- Mempunyai kemampuan bahasa yang luas terhadap segala macam bentuk ungkapan, baik prosa, puisi, maupun sajak.
b) Kebanyakan mereka terdiri dari orang-orang yang Ummi, tetapi cerdas.
c) Ketika mereka mengalami kesulitan, langsung bertanya kepada Rasulullah SAW.
d) Waktu dulu belum ada alat-alat tulis yang memadai.

*) Perintis Dasar Ulumul Qur'an dan pembukuannya
a) Perintis Dasar Ulumul Qur'an
Setelah periode pertama berlalu, datanglah masa pemerintahan kahlifah Utsman bin Affan. Negara-negara Islam pun telah berkembang luas. Orang-orang Arab murni telah bercampur baur dengan orang-orang asing yang tidak kenal bahasa Arab. Percampuran bangsa dan akulturasi kebudayaan ini menimbulkan kekhawatiran-kekhawatiran. Karena itu, Kholifah Utsman bin Affan memerintahkan
Kaum muslimin agar seluruh ayat-ayat Al-Qur'an yang telah dikumpulkan pada masa Kholifah Abu Bakar itu dikumpulkan lagi dalam satu mushhaf, kemudian di kenal dengan nama Mushhaf Utsman. Dengan usahanya itu, berarti Kholifah Utsman bin Affan telah meletakkan dasar pertama, yang kita namakan Ilmu Rasmil Qur'an atau Rasmil Utsmani.
b) Pembukuan Tafsir Al-Qur'an
Setelah dirintis dasar-dasar Ulumul Qur'an, kemudian datanglah masa pembukuan / penulisan cabang-cabang Ulumul Qur'an. Cita-cita yang pertama kali mereka laksanakan ialah pembukuan Tafsir Al-Qur'an. Sebab, tafsir Al-Qur'an dianggap sebagai induk dari ilmu Al-Qur'an yang lain.


e.       Pentingnya mempelajari ulum al-qur’an
Ulum al-Qur`an ini akan berkembang sesuai perkembangan waktu yang semakin kompleks dan global. Ulum al-Qur`an ada karena perkembangan masalah yang berhubungan dengan al-Qur`an baik dari sisi riwayah mapun dirayahnya. Hal ini tidak terlepas dari fungsi al-Qur`an sebagai pedoman hidup umat Islam. Maka sebagai pedoman hidup dari segi al-Qur`annya tidak bertambah, akan tetapi dari segi sarana yang dapat membantu memahami al-Qur`an semakin hari semakin berkembang. Contoh ketika Al-Qur`an masih berada di kalangan bangsa Arab, al-Qur`an masih berupa tulisan yang tidak dilengkapi syakal. Padahal syakal ini sangat dibutuhkan bagi kalangan non Arab, untuk membantu cara membaca, memahami al-Qur`an supaya tidak keliru. Sehingga dapatlah dikatakan bahwa tujuan mempelajari ulum al-Qur`an ini adalah antara lain sebagai berikut:
a.   Memperoleh keahlian dalam mengistimbath hukum syara’ baik mengenai i’tiqad , ibadah,  mu’amalah, akhlaq maupun lainnya.
b.   Memudahkan umat Islam dalam membaca dan memahami kandungan al-Qur`an.
c.   Menggali kandungan yang terdapat dalam al-Qur`an
d.   Menguatkan keimanan dan keyakinan kebenaran terhadap ajaran al-Qur`an.
e.   Dapat menjelaskan kelebihan-kelebihan al-Qur`an sebagai wahyu Allah bila dibandingkan dengan kitab suci agama lain.
f.    Mempersenjatai diri dari serangan yang melemahkan al-Qur`an dari waktu ke waktu.
g.   Mengurangi perbedaan pemahaman yang prinsipil.
Berdasarkan ini, dapat dipahami kenapa ilmu al-Qur’an sangatlah diutamakan dalam kajian keislamanan. Dari `Utsman bin `Affan, dari Nabi SAW, bersabda :
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
 Artinya : Sebaik-baik kalian yaitu orang yang mempelajari Al Qur`an dan mengajarkannya.(H.R. Bukhari.)
f.       bukti ilmiah kebenaran al-qur’an

"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.(Q.S Al Baqarah ayat 164 )
Seiring dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi , akhir akhir ini semakin banyak Fakta Ilmiah dalam Al-Qur'an yang sudah berhasil dibuktikan kebenarannya oleh para ilmuwan melalui penelitiannya. Fakta Ilmiah tersebut baru-baru akhir abad ini ilmuwan dapat menjelaskanya, namun Sudah 14 abad yang lalu, Fakta ilmiah tersebut tertulis/termaktub di Dalam Al-Qur'an. Subhanallah
Hal tersebut semakin membuktikan bahwa Al-Quran adalah Firman Allah SWT yang Kuasanya tiada batasnya. Dengan terbuktinya fakta-fakta ilmiah tersebut semakin jelas tanda-tanda Kuasa Allah bagi orang-orang yang mau berpikir. Berikut beberapa Fakta ilmiah yang terhimpun dari beberapa sumber, dimana berbagai penemuan ilmiah sampai saat ini sesuai dengan ayat-ayat dalam Al-Qur'an;

1. Lautan Dua Warna ( Pertemuan dua lautan)


Pertemuan dua laut tersebut terjadi di selat gibraltar, tepatnya antara negara spanyol ( Eropa ) dan maroko ( Afrika)
Seorang Oceanografer berkebangsaan Prancis, Jaques Yves Cousteau menemukan pertemuan dua lautan (pertemuan Samudra Atlantik dan Mediterania) yang tidak bercampur satu sama lain. Menurutnya, fenomena aneh ini seolah ada dinding yang membatasi kedua aliran air tersebut. 
Menurut para Ilmuwan hal tersebut dapat terjadi karena air laut dari lautan atlantik dan air laut dari lautan mediterania memiliki karateristik yang berbeda. Suhu air berbeda, Kadar garam nya berbeda, Kerapatan air (density) air pun berbeda.
Manusia dengan akal dan melalui penelitiannya baru dapat menjelaskan fenomena tersebut akhir abad 20 M. Sedangkan AL QURAN yang diturunkan Abad 7 Masehi ( 14 Abad yang lalu ) sudah menjelaskan fenomena tersebut melalui FirmanNYA yang terdapat dalam Surah Ar-Rahman ayat 19-20 dan surah Al Furqaan ayat 53 yang isinya ;
"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu. Antara keduanya ada batas yang tidak dilampui masing-masing." (QS Ar-Rahman: 19-20).
"Dan Dialah (Allah) yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan), yang satu tawar dan segar dan yang lainnya asin. Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang tidak tembus,"(QS Al Furqan: 53).
2. Api Di dasar Lautan

Fenomena Api di dasar lautan ini ditemukan oleh seorang ahli geologi asal Rusia,Anatol Sbagovich dan Yuri Bagdanov dan ilmuan asal Amerika Serikat, Rona Clint ketika mereka sedang meneliti tantang kerak bumi dan patahannya di dasar lautan di lepas pantai Miami. Mirip seperti lava cair yang mengalir dan disertai dengan abu vulkanik seperti gunung berapi di daratan yang memiliki suhu mencapai 231 derajat celcius. Meskipun sangat panas, tetapi tidak cukup untuk memanaskan seluruh air yang ada di atasnya begitupun seluruh air yang ada diatas nya tersebut tidak mampu memadamkan api panas tersebut, sungguh keajaiban yang luar biasa.

Kalau kalian suka kartun, fenomena api dalam laut ini juga terdapat dalam kartu one piece, episode saat luffy dan kawan kawannya sedang menuju pulau manusia ikan, mungkin Echiro oda pengarang One piece juga sudah tahu kebenaran fenomena tersebut dan memasukannya dalam komik ciptaanya.
Sebenarnya Al Quran sudah menyebutkan tentang api di dasar lautan ini.
"Demi bukit. Dan kitab yang tertulis. Pada lembaran yang terbuka. Dan demi Baitul Makmur (Ka'bah). Dan demi surga langit yang ditinggikan. Dan demi laut, yang di dalam tanah ada api." (QS At-Thur: 1-6).

3. Garis Edar Tata Surya


Sesuai dengan Perkembangan Ilmu pengetahuan, kita ketahui bersama , bahwa matahari, planet , satelit dan benda langit lainnya bergerak didalam garis edarnya masing masing. Menurut ahli astronomi, matahari bergerak sangat cepat dengan kecepatan mencapai 720.000 km/jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang dinamakan Solar Apex.Ini berarti matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari.
Selain matahari, semua planet, satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Semua bintang yang ada di alam semesta juga berada dalam suatu gerakan serupa.

Mengenai Fenomena tata surya dan garis edar sudah tertulis di dalam Al quran, antara lain dalam surah Al Anbiya ayat 33 dan surah yasin ayat 38-40;

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.” (QS Al Anbiya:33)

“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malampun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya.”(QS Yaa Siin: 38-40)



III. PENUTUP

a. Kesimpulan

Dari uraian pembahasan makalah tersebut, dapat disimpulkan beberapa poin sebagai sebagai berikut:
1. Ulumul Qur’an terdiri atas dua kata: ulum dan al-Qur’an. Ulum (علوم) adalah plural dari kata tunggal ilm (علم), yang secara harfiah berarti ilmu. Sedangkan al-Qur’an adalah nama bagi kitab Allah yang di turunkan kepada nabi Muhammad saw. Dengan demikian, maka secara harfiah kata ‘ulumul qur’an’ dapat diartikan sebagai ilmu-ilmu al-Qur’an. Secara etimologis, Ulumul Qur'an adalah Ilmu-ilmu yang mencakup pembahasan-pembahasan yang berkaitan dengan Al-Qur'an dari sisi informasi tentang Asbabun Nuzul (sebab-sebab tuunnya Al-Qur'an), kodifikasi dan tertib penulisan al-Qur'an, ayat-ayat makkiyah, madaniyah, nasikh dan mansukh, al-muhkam dan mutasyabih, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Al-Qur'an.
2. Istilah Ulumul Qur’an sebagai satu cabang ilmu belum dikenal di zaman Rasulullah saw. Setiap persoalan yang muncul di masa itu selalu dikembalikan/ditanyakan langsung kepada Rasulullah, sehingga Rasulullah mendapat gelar seolah-olah al-Qur’an berjalan di atas bumi. Demikian pula zaman Abu Bakar dan Umar bin Khattab.
3. Di era pemerintahan Usman bin Affan, ketika bangsa Arab mulai mengadakan kontak dengan bangsa-bangsa lain, mulai terlihat ada perselisihan dikalangan umat Islam, khususnya dalam hal bacaan Al-Qur’an. Akhirnya, Usman berinisiatif untuk melakukan penyeragaman tulisan al-Qur’an dengan menyalin sebuah Mushaf Al-Imam (induk) yang disalin dari naskah-naskah aslinya. Keberhasilan Usman dalam menyalin Mushaf Al-Imam ini berarti ia telah menjadi peletak pertama bagi tumbuh dan berkembangnya ilmu al-Qur’an yang kemudian populer dengan Ilmu Rasm Al- Qur’an atau Ilmu Rasm Usmani.
4. Al-Qur’an ketika itu belum diberi harkat maupun tanda baca lainnya untuk memudahkan membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, Ali memerintahkan Abu Al-Aswad Al-Dualy (w. 691 H.) untuk menyusun kaidah-kaidah bahasa arab dalam upaya memelihara bahasa Al-Qur’an. Tindakan Ali ini kemudian dianggap sebagai perintis lahirnya Ilm al-Nahw dan Ilm I’rab Al-Qur’an.
5. Ilmu al-Qur’an terus berkembang sejak abad II H sampai munculnya al-Suyuti pada abad IX. Pada waktu itu, perkembangan Ilmu-ilmu al-Qur'an seolah-olah telah mencapai puncaknya dan berhenti dengan berhentinya kegiatan ulama dalam mengembangkan Ilmu-ilmu Al-Qur'an, dan keadaan semacam itu berjalan sejak wafatnya Iman Al-Suyuti. Setelah wafatnya al-Suyuti sampai saat ini, ulama-ulama kontemporer terus mengembangkan ilmu al-Qur’an

b. Kritik dan Saran

Penulis telah memberikan gambaran umum tentang pengertian Ilmu, pengertian Al-Qur’an, pengertian ulum qur’an, Pentingnya mempelajari ulumul qur’an, bukti ilmiah kebenaran al-qur’an dan sejarah perkembangannya dari masa ke masa. Namun tidak menutup kemungkinan, banyak persoalan seputar tema yang diangkat yang belum tuntas, sehingga perlu tinjauan kembali dari teman-teman, dan lebih khusus dosen pemandu untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini dan semoga menjadi bermanfaat bagi kita semua. 

c. Daftar Pustaka
[1]Muh{ammad Bakri Ismail, Dirasat fi Ulum al-Qur‘an (Cet. II; Kairo: Dar al-Manar, 1999), h. 9.
[2]Muni‘ Abd al-H}alim Mah}mud, Ah}mad Syah}atah Ah}mad Musa, Abd al-Badi‘ Abu Hasyim Muh}ammad, Ulum al-Qur‘an al-Karim (t.d.), h. 49.
[3]Ibid
[4]Baca Ihya Ulumuddin tentang konsep ilmu.
[5]Kementerian Agama RI, al-Qur’an dan Terjemahnya, (t.t.: PT. Adhi Aksara Abadi Indonesia, 2011), h. 6
[6]M. Quraish Shihab, Op.cit., h. 62
[7]Kementerian Agama RI, Op.cit., h. 854.
[8]Manna’ al-Qattan, Mabahis| fi ulum al-Qur‘an (Cet. 10; Kairo: Maktabah Wahbah, 1997), h.
[9]Mardan, Al-Qur’an: Sebuah Pengantar Memahami al-Qur’an Secara Utuh, (Cet. I; Makassar: Alauddin Press, 2009), h. 25


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEGARA TELAH MERDEKA, PENDIDIKAN MASIH JAUH DARI KATA MERDEKA.

NEGARA TELAH MERDEKA, PENDIDIKAN MASIH JAUH DARI KATA MERDEKA. Ditinjau dari segi bahasa, pendidikan berasal dari kata Yunani yaitu pae...