BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Melihat
banyaknya para pemuda-pemudi yang dewasa ini memiliki pergaulan cukup bebas dan
bahkkan nyaris tak mau menerapkan norma-norma atau nilai-nilai terpuji dalam
tatanan kehidupan Masyarakat yang telah dijadikan sebuah pedoman kehidupan dan
disepakati serta ditaati bersama agar memiliki perilaku elegan, sopan, dan jauh
dari kebobrokan moral. Terutama dari sektor hubungan antara pria dan wanita
yang sekarang sudah mulai menyimpang, banyak ditemukan para para pemudi yang hamil
diluar nikah, tingkat pelecehan seksual yang tinggi, perbuatan mesum mulai
dilakukan secara terang-terangan di depan umum.
Nah,
ini mengindikasikan bahwa adanya kesalahan konsep norma-norma dan nilai-nilai
yang terpuji dalam implementasi sosio-kultur masyarakat. Untuk itu perlu adanya
formula yang tepat untuk menanggulangi itu semua, salah satunya dengan cara
menyemarakkan penerapan khitbah kepada pemuda-pemudi kita. Karena dengan
khitbah hubungan antara pria dan wanita terdapat beberapa regulasi yang
mengaturnya sehingga nantinya jauh dari hal-hal penyimpangan dari nilai-nilai
dan norma yang tengah berlaku di Masyarakat.
Khitbah (Peminangan)
Seorang
laki-laki muslim yang akan menikahi seorang muslimah, hendaklah ia meminang
terlebih dahulu karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Dalam
hal ini Islam melarang seorang laki-laki muslim meminang wanita yang sedang
dipinang oleh orang lain. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيْعَ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَلاَ يَخْطُبَ
الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيْهِ، حَتَّى يَتْرُكَ الْخَاطِبُ قَبْلَهُ أَوْ
يَأْذَنَ لَهُ الْخَاطِبُ.
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
melarang seseorang membeli barang yang sedang ditawar (untuk dibeli) oleh
saudaranya, dan melarang seseorang meminang wanita yang telah dipinang sampai
orang yang meminangnya itu meninggalkannya atau mengizinkannya.”[1]
Disunnahkan melihat wajah wanita
yang akan dipinang dan boleh melihat apa-apa yang dapat mendorongnya untuk
menikahi wanita itu.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ الْمَرْأَةَ،
فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْظُرَ مِنْهَا إِلَى مَا يَدْعُوْهُ إِلَى نِكَاحِهَا،
فَلْيَفْعَلْ
“Apabila seseorang di antara kalian
ingin meminang seorang wanita, jika ia bisa melihat apa-apa yang dapat
mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah!”[2]
Al-Mughirah bin Syu’bah
radhiyallaahu ‘anhu pernah meminang seorang wanita, maka Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:
أُنْظُرْ إِلَيْهَا، فَإِنَّهُ أَحْرَى
أَنْ يُؤْدَمَ بَيْنَكُما
“Lihatlah wanita tersebut, sebab hal
itu lebih patut untuk melanggengkan (cinta kasih) antara kalian berdua.”[3]
Imam at-Tirmidzi rahimahullaah
berkata, “Sebagian ahli ilmu berpendapat dengan hadits ini bahwa menurut mereka
tidak mengapa melihat wanita yang dipinang selagi tidak melihat apa yang
diharamkan darinya.”
Tentang
melihat wanita yang dipinang, telah terjadi ikhtilaf di kalangan para ulama,
ikhtilafnya berkaitan tentang bagian mana saja yang boleh dilihat. Ada yang
berpendapat boleh melihat selain muka dan kedua telapak tangan, yaitu melihat
rambut, betis dan lainnya, berdasarkan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, “Melihat apa yang mendorongnya untuk menikahinya.” Akan tetapi yang disepakati
oleh para ulama adalah melihat muka dan kedua tangannya. Wallaahu a’lam.[4]
B.
Rumusan Masalah
1.
Bagaimana
Siswa-siswi bisa senang dan mengerti atau paham dalam mengikuti pembelajaran
tentang materi “Khitbah”
C.
Tujuan Pembahasan
1.
Mengimplementasikan
metode pembelajaran snawball throwing agar Siswa-Siswi bisa senang dan mengerti
atau paham dalam mengikuti pembelajaran tentang materi “Khitbah”.
BAB II PEMBAHASAN
Dalam Kegiatan Belajar Mengajar tentunya sangatlah penting untuk
mewujudkan suasana pembelajaran yang active dan menyenangkan terhadap
siswa-siswi, sehingga nantinya bisa lebih mudah memahami materi yang
disampaikan oleh seorang guru dan jauh dari kata-kata “materinya sangat
angker”. Untuk itu harus ada kreatifitas seorang guru dalam menyampaikan materi
kepada siswa dengan menggunakan model-model pembelajaran yang active dan
menyenangkan. Agar dalam penyampaikan materi pembelajaran tidak terkesan
monoton, berceramah, dan membosankan. Pembelajaran avtive adalah usaha dari
seorang guru dalam proses pembelajaran menempatkan siswa sebagai central
stage performance. Adapun model pembelajaran yang active dan menyenangkan salah satunya adalah model pembelajaran “Snawball Throwing”
A.
Pengertian Model Pembelajaran Snawball Throwing
Kisworo (2008) mengemukakan bahwa model pembelajaran Snowball throwing
adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang
diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing
siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu
dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola
yang diperoleh.
Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis,
karena kegiatan siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau berbicara.
Akan tetapi mereka juga melakukan aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan
melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan
mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari
temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Model pembelajaran
snowball throwing ini guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan
keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam
konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada
siswa melalui pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling
berkaitan dalam situasi dan konteks komunikasi alamiah baik sosial, mau pun
dalam lingkungan pergaulan.
B.
Langkah-langkah Model Pembelajaran Snawball Throwing
Langkah-langkah model pembelajaran
snowball throwing dalam Agus Suprijono (2009:128) adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2.
Guru
membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi
3.
Masing-masing
ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya
4.
Kemudian
masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja kerja untuk menuliskan satu
pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua
kelompok
5.
Kemudian
kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari
satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit
6.
Setelah
siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara
bergantian
7.
Evaluasi
8. Penutup.
C.
Kelebihan Model Pembelajaran Snawball Throwing
Kelebihan
model pembelajaran snowball throwing dalam Diyan Tunggal Safitri, 2011 sebagai
berikut:
1.
Melatih
kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan dengan bersumber pada materi yang
diajarkan serta saling memberikan pengetahuan.
2.
Siswa lebih
memahami dan mengerti secara mendalam tentang materi pelajaran yang dipelajari.
Hal ini disebabkan karena siswa mendapat penjelasan dari teman sebaya yang
secara khusus disiapkan oleh guru serta mengerahkan penglihatan, pendengaran,
menulis dan berbicara mengenai materi yang didiskusikan dalam kelompok.
3.
Dapat
membangkitkan keberanian siswa dalam mengemukakan pertanyaan kepada teman lain
maupun guru.
4.
Melatih siswa
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya dengan baik.
5.
Merangsang
siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan topik yang sedang dibicarakan dalam
pelajaran tersebut.
6.
Dapat
mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya kepada teman maupun guru.
7.
Siswa akan
lebih mengerti makna kerjasama dalam menemukan pemecahan suatu masalah.
8.
Siswa akan
memahami makna tanggung jawab.
9.
Siswa akan
lebih bisa menerima keragaman atau heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat
dan intelegensia.
10.
Siswa akan
terus termotivasi untuk meningkatkan kemampuannya.
D.
Kekurangan Model Pembelajaran Snawball Throwing
1. Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif.
2. Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain.
E.
Pentingnya Model Pembelajaran Snawball Throwing
Melalui
penggunaan model pembelajaran snowball throwing pada pembelajaran PAI dalam
meningkatkan hasil belajar siswa mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual,
sosial, dan emosional yang ada dalam dirinya, sehingga kelak mereka mampu
berkomunikasi dan berinteraksi sosial lebih matang, arif, dan dewasa. Selain
itu, mereka juga akan terlatih untuk mengemukakan gagasan dan perasaan secara
cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan analitis
dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang
muncul dalam kehidupan hari-hari yang tidak kalah penting, siswa juga akan
mampu berkomunikasi secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang
berlaku, baik dengan lisan maupun tulisan, dan mampu menghargai pendapat orang
lain. Oleh karena itu model pembelajaran snowball throwing ini penting bagi
siswa usia dini.
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kisworo (2008)
mengemukakan bahwa model pembelajaran Snowball throwing adalah suatu metode
pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua
kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat
pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke
siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang
diperoleh.
Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut ;
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil
masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya
masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada
temannya
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar
kerja kerja untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi
yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok
5. Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat
seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15
menit
6. Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan
diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam
kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian
7. Evaluasi
8. Penutup.
Kelebihan
dari model snowball throwing adalah :
1. Melatih kesiapan siswa dalam merumuskan pertanyaan
dengan bersumber pada materi yang diajarkan serta saling memberikan
pengetahuan.
2. Siswa lebih memahami dan mengerti secara mendalam
tentang materi pelajaran yang dipelajari. Hal ini disebabkan karena siswa
mendapat penjelasan dari teman sebaya yang secara khusus disiapkan oleh guru
serta mengerahkan penglihatan, pendengaran, menulis dan berbicara mengenai
materi yang didiskusikan dalam kelompok.
3. Dapat membangkitkan keberanian siswa dalam
mengemukakan pertanyaan kepada teman lain maupun guru.
4. Melatih siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh temannya
dengan baik.
5. Merangsang siswa mengemukakan pertanyaan sesuai dengan
topik yang sedang dibicarakan dalam pelajaran tersebut.
6. Dapat mengurangi rasa takut siswa dalam bertanya
kepada teman maupun guru.
7. Siswa akan lebih mengerti makna kerjasama dalam
menemukan pemecahan suatu masalah.
8. Siswa akan memahami makna tanggung jawab.
9. Siswa akan lebih bisa menerima keragaman atau
heterogenitas suku, sosial, budaya, bakat dan intelegensia.
10. Siswa akan terus termotivasi untuk meningkatkan
kemampuannya.
Kekurangan
dari dari model snowball throwing adalah :
1. Terciptanya suasana kelas yang kurang kondusif.
2. Adanya siswa yang bergantung pada siswa lain.
DAFTAR
PUSTAKA
al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah al-Muyassarah oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah
cet. II(2002) Jld I, LENTERA
PUTAKA.
Psikologi Perkembangan, Elizabeth B
Hurlock, Cet. V, PT. ERLANGGA,
http://ardhaphys.blogspot.co.id/2013/05/model-pembelajaran-snowball-throwing.html
[1]
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5142) dan Muslim (no. 1412),
dari Shahabat Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma. Lafazh ini milik al-Bukhari.
[2] Hadits
shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (III/334, 360), Abu Dawud (no. 2082) dan
al-Hakim (II/165), dari Shahabat Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhuma.
[3] Hadits
shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1087), an-Nasa-i (VI/69-70),
ad-Darimi (II/134) dan lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullaah
dalam Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1511).
[4] Lihat
pembahasan masalah ini dalam Syarhus Sunnah (IX/17) oleh Imam al-Baghawi, Syarh
Muslim (IX/210) oleh Imam an-Nawawi, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah
(I/97-208, no. 95-98) oleh Syaikh al-Albani, al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah
al-Muyassarah (V/34-36) oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah dan Fiqhun
Nazhar (hal. 82-89).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar