BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Islam
telah memberikan konsep yang jelas tentang tata cara pernikahan berlandaskan
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang shahih sesuai dengan pemahaman para Salafush
Shalih, di antaranya adalah:
Khitbah (Peminangan)
Seorang
laki-laki muslim yang akan menikahi seorang muslimah, hendaklah ia meminang
terlebih dahulu karena dimungkinkan ia sedang dipinang oleh orang lain. Dalam
hal ini Islam melarang seorang laki-laki muslim meminang wanita yang sedang
dipinang oleh orang lain. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
نَهَى النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ يَبِيْعَ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ، وَلاَ يَخْطُبَ
الرَّجُلُ عَلَى خِطْبَةِ أَخِيْهِ، حَتَّى يَتْرُكَ الْخَاطِبُ قَبْلَهُ أَوْ
يَأْذَنَ لَهُ الْخَاطِبُ.
“Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
melarang seseorang membeli barang yang sedang ditawar (untuk dibeli) oleh
saudaranya, dan melarang seseorang meminang wanita yang telah dipinang sampai
orang yang meminangnya itu meninggalkannya atau mengizinkannya.”[1]
Disunnahkan melihat wajah wanita
yang akan dipinang dan boleh melihat apa-apa yang dapat mendorongnya untuk
menikahi wanita itu.
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
إِذَا خَطَبَ أَحَدُكُمُ الْمَرْأَةَ،
فَإِنِ اسْتَطَاعَ أَنْ يَنْظُرَ مِنْهَا إِلَى مَا يَدْعُوْهُ إِلَى نِكَاحِهَا،
فَلْيَفْعَلْ
“Apabila seseorang di antara kalian
ingin meminang seorang wanita, jika ia bisa melihat apa-apa yang dapat
mendorongnya untuk menikahinya maka lakukanlah!”[2]
Al-Mughirah bin Syu’bah
radhiyallaahu ‘anhu pernah meminang seorang wanita, maka Nabi shallallaahu
‘alaihi wa sallam berkata kepadanya:
أُنْظُرْ إِلَيْهَا، فَإِنَّهُ أَحْرَى
أَنْ يُؤْدَمَ بَيْنَكُما
“Lihatlah wanita tersebut, sebab hal
itu lebih patut untuk melanggengkan (cinta kasih) antara kalian berdua.”[3]
Imam at-Tirmidzi rahimahullaah
berkata, “Sebagian ahli ilmu berpendapat dengan hadits ini bahwa menurut mereka
tidak mengapa melihat wanita yang dipinang selagi tidak melihat apa yang
diharamkan darinya.”
Tentang
melihat wanita yang dipinang, telah terjadi ikhtilaf di kalangan para ulama,
ikhtilafnya berkaitan tentang bagian mana saja yang boleh dilihat. Ada yang
berpendapat boleh melihat selain muka dan kedua telapak tangan, yaitu melihat
rambut, betis dan lainnya, berdasarkan sabda Nabi shallallaahu ‘alaihi wa
sallam, “Melihat apa yang mendorongnya untuk menikahinya.” Akan tetapi yang
disepakati oleh para ulama adalah melihat muka dan kedua tangannya. Wallaahu
a’lam.[4]
B.
Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
Siswa-siswi bisa lebih senang dan mengerti atau paham dalam mengikuti
pembelajaran tentang materi “Khitbah”
C.
Tujuan
Pembahasan
1.
Mengimplementasikan
metode pembelajaran Learning start with a question agar Siswa-Siswi bisa lebih
senang dan mengerti atau paham dalam mengikuti pembelajaran tentang materi “Khitbah”.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Metode
Pembelajaran “Learning Start With a Question”
Untuk
mengajak siswa-siswi supaya lebih memahami sebuah materi yang akan disampaikan
oleh seorang guru adalah suatu hal yang sangatlah urgen. Disinalah guru harus
dituntut lebih kreatif dalam mengaplikasikan suasana-suasana pembalajaran yang
elegan, nyaman, edukatif, konstruksi mental, dan jauh dari kejenuhan ataupun
kekerasan. Dari latar belakang tersebut mengenai materi tentang Khitbah, tentunya supaya siswa-siswi
dapat memahami materi tersebut secara totalitas, maka kami akan menggunakan
metode pembelajaran “Learning Start
With a Question”. Adapun pembahasan yang lebih rinci akan dijelaskan pada poin-poin
selanjutnya.
B.
Pengertian
Learning Start With a Question.
Model
pembelajaran Learning Starts With A Question adalah suatu model
pembelajaran dimana sistem belajar dimulai dari pertanyaan-pertanyaan siswa
yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar
karena siswa itu akan saling berkelompok, membuat pertanyaan dalam
menyelesaikan tugas. Sedangkan menurut Howard (2008:63) Learning start with
a question (LSQ) adalah suatu metode pembelajaran aktif dalam bertanya.
Agar siswa aktif bertanya, maka siswa diminta untuk mempelajari materi yang
akan dipelajari yaitu dengan membaca terlebih dahulu, dengan membaca maka siswa
memiliki gambaran tentang materi yang akan dipelajari, sehingga apabila dalam
membaca/membahas materi tersebut terjadi kesalahan konsep akan terlihat dan
dapat dibahas serta dibenarkn secara bersama-sama.
C.
Kelebihan
Dan Kelemahan Model Pembelajaran Learning Start With a Question.
Kelebihan
dan kelemahan model pembelajaran Learning Starts With A Question adalah
sebagai berikut :
Kelebihan model pembelajaran Learning
Starts With A Question:
1.
Merangsang aktivitas siswa dalam bentuk ide, gagasan dan
prakarsa baru dalam pemecahan masalah.
2.
Membiasakan siswa untuk bertukar pikiran
3.
Memberikan keterampilan kepada siswa untuk menyajikan
pendapat, mempertahankan, menghargai dan menerima pendapat orang lain.
4.
Cakrawala berpikir siswa menjadi lebih luas dalam mengupas
suatu masalah.
5.
Memutuskan hasil pemikiran bersama dan bertanggung jawab
bersama-sama pula.
Kekurangan model pembelajaran Learning
Starts With A Question:
1.
Menentukan masalah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan
tingkat siswa bukan hal mudah.
2.
Pembicaraan dimonopoli oleh siswa yang telah terbiasa dan
terampil mengemukakan pendapat.
D.
Unsur-Unsur
Dalam Strategi Learning Start With a Question
Ada
beberapa unsur penting yang menjadi ciri khas Strategi Learning Starts With a
Question yaitu:
1. Kemampuan individu dalam memahami
informasi.
2. Kerjasama tim kecil.
3. Ketrampilan membuat pertanyaan
secara individu.
4. Kerjasama dalam tim yang lebih besar.
5. Menginventarisasi focus pertanyaan/pertanyaan
utama.
6. Tanggapan siswa terhadap pertanyaan
utama.
7. Guru menjelaskan jawaban
dari sisa pertanyaan yang belum terjawab.
8. Siswa membuat kesimpulan.
E.
Skenario
Pembelajaran Strategi Learning Start With a Question.
Langkah-langkah
Kegiatan dalam Strategi Learning Starts With a Question.
Kegiatan
awal :
- Membuka kegiatan pembelajaran
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti :
- Pengajar menentukan bacaan yang
akan dipelajari
- Kemudian
pengajar meminta pembelajar membaca bacaan tersebut
- Pengajar
mengelompokkan para pembelajar dalam kelompok-kelompok kecil
(beranggotakan 2 orang)
- Bersama
dengan temannya dalam kelompok kecil bekerjasama memaknai
wacana/mempelajari bacaan
- Pembelajar
diminta memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami dan diminta
menyusun suatu pertanyaan.
- Pengajar
meminta dua kelompok kecil bergabung menjadi satu kelompok (beranggotakan
4 orang) untuk membahas pertanyaan/poin-poin yang tidak diketahui yang
telah diberi tanda
- Pembelajar
di dalam kelompoknya diminta untuk menuliskan pertanyaan tentang materi
yang dibaca yang belum dapat diselesaikan.
- Pengajar
meminta setiap kelompok menginventarisasi pertanyaan yang telah ditulis
- Kelompok
membacakan pertanyaan yang belum dapat diselesaikan untuk ditanggapi
kelompok lain
- Pengajar
menjelaskan jawaban dari sisa pertanyaan yang belum terjawab
- Pengajar mengarahkan pembelajar
untuk menarik kesimpulan.
Kegiatan Akhir :
- Pengajar menutup pelajaran
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Model pembelajaran Learning Starts With A Question
adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dimulai dari
pertanyaan-pertanyaan siswa yang bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang
berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih
bergairah dalam belajar karena siswa itu akan saling berkelompok, membuat
pertanyaan dalam menyelesaikan tugas.
Adapun salah satu kelebihan dari metode ini adalah
membiasakan siswa untuk bertukar pikiran, dan salah satu kekurangan dari metode
ini adalah adanya monopoli dari siswa yang sudah terbiasa berpendapat. Dalam
metode pembelajaran Learning Start
With a Question ini juga ada beberapa unsur yang sangat urgen, diantaranya
siswa harus berperan aktif dalam menyerap informasi, siswa juga dituntut untuk
bisa membuat pertanyaan yang ideal.
Agar terealisasikannya metode pembelajaran ini maka perlu
adanya sebuah skenario pembelajaran. Berikut skenario pembelajaran Learning Start With a Question ;
Langkah-langkah
Kegiatan dalam Strategi Learning Starts With a Question.
Kegiatan
awal :
1.
Membuka kegiatan pembelajaran
2.
Menyampaikan tujuan pembelajaran
Kegiatan Inti :
1.
Pengajar menentukan bacaan yang akan dipelajari
2.
Kemudian pengajar meminta pembelajar membaca bacaan tersebut
- Pengajar mengelompokkan para
pembelajar dalam kelompok-kelompok kecil (beranggotakan 2 orang)
- Bersama
dengan temannya dalam kelompok kecil bekerjasama memaknai
wacana/mempelajari bacaan
- Pembelajar
diminta memberi tanda pada bagian bacaan yang tidak dipahami dan diminta
menyusun suatu pertanyaan.
- Pengajar
meminta dua kelompok kecil bergabung menjadi satu kelompok (beranggotakan
4 orang) untuk membahas pertanyaan/poin-poin yang tidak diketahui yang
telah diberi tanda
- Pembelajar
di dalam kelompoknya diminta untuk menuliskan pertanyaan tentang materi
yang dibaca yang belum dapat diselesaikan.
- Pengajar
meminta setiap kelompok menginventarisasi pertanyaan yang telah ditulis
- Kelompok
membacakan pertanyaan yang belum dapat diselesaikan untuk ditanggapi
kelompok lain
- Pengajar
menjelaskan jawaban dari sisa pertanyaan yang belum terjawab
- Pengajar mengarahkan pembelajar
untuk menarik kesimpulan.
Kegiatan Akhir :
1.
Pengajar menutup pelajar
B.
Kritik
Dan Saran
Alhamdulillah,
puji syukur kami atas karunia Allah SWT. atas rahmat dan karunianya yang telah
memberi sebuah nikmat sehat, baik jasmani maupun rohani. Dengan berkat karunia
kesehatan itulah kami selaku Kelompok Pertama dapat menyelasaikan tugas Makalah
dari dosen pembimbing Drs. Kandiri Musyrif, M.Pd.I. yang berjudul “penjelasan
Khitbah, dengan metode pembelajaran Learning Start With a Question”. Tentunya makalah yang kami buat ini juga kemungkinan besar
terdapat sebuah keselahan, karena mengingat dari sebuah hadits Nabi Muhammad. SAW.
Bahwasanya manusia adalah tempatnya salah dan lupa. Dan juga dari sebuah
analogi sederhana, Tiada gading yang tak retak. Maka dari itu kami
selaku Kelompok Pertama berharap kepada teman-teman mahasiswa sebagai agent
of change dan agent of analisist untuk bersama-sama membenahi
makalah ini, terutama kepada Dosen Pengampu kami. Kritik dan saran yang
membangun akan selalu kami nanti-nantikan, agar nantinya makalah ini bisa
menjadi sebuah acuan belajar yang baik bagi seluruh mahasiswa Indonesia.
[1]
Hadits shahih: Diriwayatkan oleh al-Bukhari (no. 5142) dan Muslim (no. 1412),
dari Shahabat Ibnu ‘Umar radhiyallaahu ‘anhuma. Lafazh ini milik al-Bukhari.
[2] Hadits
shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad (III/334, 360), Abu Dawud (no. 2082) dan
al-Hakim (II/165), dari Shahabat Jabir bin ‘Abdillah radhiyallaahu ‘anhuma.
[3] Hadits
shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (no. 1087), an-Nasa-i (VI/69-70),
ad-Darimi (II/134) dan lainnya. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullaah
dalam Shahiih Sunan Ibni Majah (no. 1511).
[4] Lihat
pembahasan masalah ini dalam Syarhus Sunnah (IX/17) oleh Imam al-Baghawi, Syarh
Muslim (IX/210) oleh Imam an-Nawawi, Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah
(I/97-208, no. 95-98) oleh Syaikh al-Albani, al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah
al-Muyassarah (V/34-36) oleh Syaikh Husain bin ‘Audah al-‘Awayisyah dan Fiqhun
Nazhar (hal. 82-89).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar