Jumat, 15 September 2017

Constructing Of Progresif Education (Membangun Pendidikan Progresif)

Constructing Of Progresif Education
(Membangun Pendidikan Progresif)
Pendidikan adalah sebagai tolak ukur terhadap kelayakan, pertumbuhan, perkembangan, dan kemajuan suatu negara. Jika sebuah negara mempunyai masyarakat yang mayoritas berpendidikan tinggi, besar kemungkinan negara tersebut akan memeliki proteksi keamanan yang bagus, damai, toleran, serta sejahtera. Maka dari itu merupakan suatu kewajiban bagi setiap negara untuk menyelenggarakan pendidikan terhadap masyarakatntya. Jauh sebelumnya Plato telah mengemukakan betapa pentingnya sebuah pendidikan dan sangatlah perlu, baik dirinya selaku individu maupun sebagai warga negara. Dan negara wajib memberikan pendidikan terhadap warga negaranya. Mengindikasikan bahwa begitu besar pentingnya pendidikan bagi manusia atau civil society sehingga plato mengemukakan akan wajibnya suatu negara untuk merealisasikan pendidikan dalam bentuk real serta terprogram dengan baik. Karena melalui pendidikan seseorang bisa mengetahui dan membedakan antara yang benar dan yang tidak benar. Melalui pendidikan pula orang-orang akan mengenal apa yang baik dan apa yang jahat, apa yang patut dan apa yang tidak patut.[1]
Secara bahasa pendidikan berasal dari bahasa Yunani, paedagogy, yang mengandung makna seorang anak yang pergi dan pulang sekolah diantar oleh seorang pelayan. Pelayan yang mengantar dan menjemput dinamakan paedagogos. Dalam bahasa romawi pendidikan diistilahkan sebagai educate yang berarti mengeluarkan sesuatu yang berada di dalam. Dalam bahasa inggris pendidikan diistilahkan to educate yang berarti memperbaiki moral dan melatih intelektual.[2]
Menurut JJ Rousseau pendidikan adalah pemberian pembekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak akan tetapi diperlukan pada masa dewasa. Pembekalan tersebut berisi sebuah keterampilan dan pengetahuan yang urgen sehingga memiliki multi manfaat yang sangat besar untuk persiapan berinteraksi dengan masyarakat yang kompleks. John Dewey juga mengemukakan bahwa pendidikan adalah penanaman keterampilan yang fundamental dan berkenaan dengan rasa ataupun pikiran. John Dewey memberi sebuah penafsiran terhadap rasa yaitu suatu bentuk pengaplikasian emotional diri seseorang, sedangkan pikiran adalah wujud dari sebuah intelegensi. Dalam hal ini Al-Syaebani juga menjelaskan bahwa pendidikan merupakan usaha untuk merubah tingkah laku individu keranah yang lebih baik. Sedangkan menurut Kihajar Dewantara pendidikan adalah tuntunan didalam hidup kembang dan tumbuhnya anak-anak. Artinya pendidikan merupakan tuntunan segala kekuatan terhadap anak-anak yang nantinya ketika menjadi anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.[3]
Esensi dari pendidikan adalah tidak pernah stagnan, pendidikan selalu berubah dan bergerak secara dinamis seiring berkembangnya zaman. Karena itu para pakar pendidikan selalu bereksperimen dan menganalisis tentang metode atau cara yang tepat untuk pendidikan yang sesuai dengan kondisi zamannya. Salah satu caranya dengan mengkonstruksi pendidikan progresif. Melalui ini, diharapkan bisa memberantas distingsi-distingsi yang buruk terhadap pendidikan. Asumsi relatifnya ialah terdapat pernyataan bahwa pendidikan hanyalah sebagai ladang untuk menanam bisnis mega proyek lalu menghasilkan product pengangguran. Banyak sekolah yang telah dianggap sebagai pasar, bukan lagi tempat transfer  of knowledge (pemindahan pengetahuan) atau transfer of value (pemindahan nilai).[4]
Dengan hadirnya progresif education diharapkan bisa membantah terkait dengan distingsi-distingsi buruk terhadap pendidikan serta dapat membuktikan secara ilmiah bahwa pendidikan bukanlah sebagai problem place (tempat masalah) akan tetapi problem solving (pemecahan masalah). Secara garis besar pendidikan progresif adalah proses usaha untuk menjadikan anak didik yang memiliki kualitas dan progress (terus maju) sebagai generasi yang akan menjawab tantangan peradaban baru, yang berfokus terhadap demokrasi pendidikan, kurikulum yang baik dan Ideal school.
Arti dari demokrasi pendidikan yang diterapkan dalam pendidikan progresif  yaitu memberi kebebasan, baik secara fisik maupun cara berfikir, guna membangun bakat yang terpendam dalam dirinya tanpa terhambat oleh rintangan orang lain. maka dari itu pendidikan progresif sangatlah tidak setuju terhadap pendidikan otoriter. Sebab pendidikan otoriter hanya akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai pribadi yang gembira dalam belajar dan mematikan daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak. Sebagaimana yang dikutip Waty Soemanto dalam psikologi pendidikan : landasan pemimpin pendidikan, John Dewey ingin mengubah hambatan dalam demokrasi pendidikan dengan jalan ; 1) memberi kesempatan murid untuk belajar perorangan. 2) memberi kesempatan murid untuk belajar melalui pengalaman. 3) memberi motivasi bukan perintah.
Tidak hanya sebatas demokrasi pendidikan, kurikulum yang baikpun juga penting. Dalam hal ini ialah kurikulum yang berpusat pada pengalaman yang telah diperoleh anak didik selama disekolah dan dapat diterapkan dalam bentuk kehidupan nyata. Dngan mengimplementasikan metode pendidikan learning by doing (belajar sambil melakukan) dan problem solving (pemecahan masalah).
Adapun sekolah yang ideal adalah sekolah yang isi pendidikannya berintegrasi dengan lingkungan sekitar. Sekolah harus dapat mengupayakan pelestarian karakteristik atau kekhasan lingkungan sekolah sekitar. John Dewey memandang bahwa pendidikan sebagai proses dan sosialisasi. Oleh karena itu dinding pemisah antara sekolah dan masyarakat perlu dihapuskan sebab belajar yang baik tidak hanya di sekolah saja. JJ Rouseu juga berpendapat bahwa anak didik harus dididik sesuai dengan alamnya.[5]
Jika kesemuanya dapat terealisasika dalam wujud real, tentunya akan cepat membentuk anak didik yang memiliki spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, dan akhlaq mulia sesuai dengan yang dicita-citakan  dalam UU Nomor 20 tahun 2003.







[1] Ahmad, D.M. 1974. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: PT. Al-Ma’arif. Hal 12.
[2] Suwarno, Wiji. 2006. Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz. Hal 25.
[3] Abdul Kadir. 2012. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group. Hal 61.
[4] Edi Subkhan. 2016. Pendidikan Kritis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Hal 36.
[5] Jalaluddin, Idi. 2011. Filsafat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers. Hal 87.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEGARA TELAH MERDEKA, PENDIDIKAN MASIH JAUH DARI KATA MERDEKA.

NEGARA TELAH MERDEKA, PENDIDIKAN MASIH JAUH DARI KATA MERDEKA. Ditinjau dari segi bahasa, pendidikan berasal dari kata Yunani yaitu pae...